26 Februari 2016

Hingga detik ini aku masih tak percaya
Hingga saat ini aku masih berpikir
Betulkah?
Benarkah?
Katakan semua ini hanya candaan
Katakan semua ini hanya kiasan
Aku tak bisa
Aku tak kuat
Aku tak mampu
Bagaimana caraku melupakannya?
Ini begitu sakit...

Entahlah...

Entah apa yang saat ini sedang ada di hati
Entah apa yang saat ini sedang di rasakan
Aku..
Aku tak tahu
Begitu sulit untuk terucap
Begitu sulit untuk ku ungkap
Begitu sulit untuk ku utarakan
Hanya dapat ku tulis seperti ini
Ya..
Seperti ini
Mungkin tak sama seperti yang lain
Dengan kata-kata kiasan
Dengan bahasa parabola
Namun kali ini hanya kata-kata biasa..
Entahlah
Aku bingung
Harus bagaimana
Harus seperti apa
Entahlah..

Doaku Padamu, Wahai Ibu

Terlalu banyak dosaku padamu
Terlalu banyak kesalahanku padamu
Terlalu banyak goresan hatimu karenaku
Sangat sangat sangat!!
Dapatkah aku berkata maaf padamu
Mampukah aku?
Hanya Tuhan yang tau dosaku padamu
Hingga tak terhingga
Hingga tak terhitung
Hingga tak mungkin akan kau maafkan
Maafkan aku, Ibu
Aku bodoh!!
Aku sangat bodoh!!
Tak memikirkan betapa sakitnya engkau karenaku
Tuhan, berikan umur panjang padanya
Berikan rezeki yg berlimpah padanya
Jauhkan dia dari siksa kubur dan api nerakamu
Jangan sentuh dia sedikitpun hanya untuk menyakitinya
Berikan tempat yang indah jika kau memanggilnya
Berikan kendaraan yang sangat mewah disana
Hanya dia yang sangat kucintai
Dia bagaikan tetesan embun di hidupku
Maafkan aku jika sudah menyakiti hatinya Tuhan
Lindungi dia dimanapun dan kapanpun
Aku mencintainya
Sangat mencintainya

Masih Pantaskah?

Kenangan itu
Kesakitan itu
Kepedihan itu
Tak sengaja kembali
Membuat semuanya terulang
Terulang untuk mengenang
Terulang untuk memikirkan

Layaknya nasi jadi bubur
Tak dapat kembali seperti dulu
Karena waktu selalu maju

Lalu, apa?
Apa yang aku harus lakukan?
Tak dapat kuucap lagi selain MAAF
Hanya itu yang dapat terucap

Kurang? Lalu bagaimana?
Apakah aku masih pantas?
Masih pantaskah aku untukmu?

Kau, mungkin tak peduli
Tapi, bagiku ini penting
Sekeras apapun kau sakiti
Sekejam apapun kau berkata
Aku.. padamu

Let It Be My Way Please..

Apa yang harus aku lakukan?
Apa keputusanku benar?
Apa langkahku benar?
Aku percaya Tuhan membuatku berpikir hingga sejauh ini pasti ada maksud dan tujuannya
Tapi apa aku kuat?
Apa aku benar-benar memikirkannya??
Apa mereka dapat menerimanya?
Kalau mereka mencaci dan memarahi atas keputusanku ini bagaimana?
Sedangkan aku sudah bulat dengan ini semua..
Tuhan, berikan aku langkah yang benar..

Cinta

Tanah kering tak berair
Bunga layu tak merona
Daun kuning kering mentari
Layaknya hati kosong tak penuh darah

Namun semua berganti
Ketika anugerah datang dengan tiba-tiba
Dari sang maha cinta penuh kejutan
Ketika hujan mengguyur tanah kering
Ketika hujan meronakan para bunga
Ketika mentari bersinar diantara dedaunan
Titisan cinta datang memenuhi hati dengan darah
Memberi darah segar
Menyejukkan hati yang kosong

Tetaplah isi hatiku dengan darah segarmu
Jangan tusuk hatiku dengan darah racun
Jangan tusuk hatiku dengan duri bunga
Jangan panaskan hatiku dengan mentari setan

Kini kau ku pegang
Takkan kulepas
Hanya kau yang ku mau
Hingga hati mati karenaNya

Tak Maksud Hati

Tak ingin terus larut dalam cinta sesat
Tak ingin terus terkurung dalam cemburu sia
Tak ingin menangis dalam cinta tak terbalas
Bak kucing meninggalkan tainya
Bak burung meninggalkan sarangnya
Ku ingin tinggalkan cinta sesat ini
Hanya untukmu
Demi bahagiamu
Demi senyum lepasmu
Bersama dia
Bersama bintang benderang dihatimu

Aku tak ingin mengkutik
Aku tak ingin dia sakit
Aku tak ingin kau sakit

Aku hanya ingin kau layaknya bunga mawar dan air
Begitu indah ketika bertemu
Bermekaran merah di atas tanah basah
Damai dan tentram

Bukan maksudku untuk meninggalkanmu
Bukan maksudku untuk pergi jauh
Tapi aku ingin kau bahagia
Hanya dengan cintanya kau kan bahagia

Jangan pikirkan aku disini
Meratapi tanah kering seorang diri
Aku akan temukan yang lebih
Dari sekedar tanah kering yang kutatapi

Nikmati hidupmu
Nikmati rasamu
Antara kau dan dia